Sabtu, 14 November 2009

Raja Dari Semua Istighfar

قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ: اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ، وَوَعْدِكَ، مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ.) قَالَ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw :
Raja dari semua doa mohon pengampunan adalah kau ucapkan : “(Wahai Allah, Engkau Tuhanku, Tiada Tuhan selain Engkau, Engkau yg menciptaku, dan aku adalah Hamba Mu, dan Aku ada pada janji dan sumpah setiaku (syahadat), dan aku berbuat semampuku (menunaikan janji dan sumpahku itu), aku berlindung pada Mu dari keburukan yg kuperbuat, aku sadari kenikmatan Mu atasku, dan aku sadari pula perbuatan dosa dosaku pada Mu, maka ampunilah aku, karena tiada yg mengampuni dosa kecuali Engkau). Barangsiapa yg mengucapkannya di siang hari dg mendalami maknanya lalu ia wafat dihari itu maka ia masuk sorga, barangsiapa yg mengucapkannya dimalam hari dg mendalami maknanya dan ia wafat sebelum pagi maka ia masuk sorga” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ، وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ، اْلَحَمْدلُلهِ الَّذِيْ هَدَانَا، بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ، وَقَدْ نَادَانَا، لَبَّيْكَ ياَمَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ، الحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا اْلمَحضر، وَاْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذِهِ اْلمُنَاسَبَةِ ...

Limpahan puji ke hadirat Allah Jalla wa ‘Alaa, Maha raja langit dan bumi, Maha Suci Allah, Maha penguasa tuggal, Maha mencintai hamba Nya melebihi segenap kecintaan, mencintai mereka dan menyayangi mereka dengan kelembutan, mulai dari manusia tercipta dan mulai dari manusia berada dalam sel rahim ibunya, belum mengenal siapapun hanya Allah, Yang merangkai dan membangun tubuh kita dengan kesempurnaan sehingga lahirlah tubuh yang ada pada kita ini dengan kepemilikan tunggal dariNya,
tidak dirangkai dan dicipta oleh makhluk terkecuali oleh qudrah (takdir) Ilahi yang Maha Sempurna, sehingga terbentuklah tubuh mulia ini, anugerah yang luhur datang dari Rabbul ‘alamin, dititipkan kepada ayah bunda kita hingga kita lahir ke muka bumi dengan kasih sayangNya, dititipkan melalui bunda kita, kemudian manusia tumbuh dewasa,

Diantara mereka ada yang kufur (dan) ada yang shaleh, ada yang taat kepada Allah (dan) ada yang kufur kepada Allah, namun Sang Maha Penyabar tetap memberi dan memberi, Sang Maha Penyabar tetap memberi rizki walaupun Allah SWT difitnah dan dicaci, walaupun Allah SWT ditantang dengan kemungkaran dan dosa, namun Maha raja langit dan bumi yang maha lembut masih tetap memberi mereka rizki dan menawarkan pengampunan, menawarkan taubat, menawarkan kemuliaan tauhid bagi mereka yang mau menerima kasih sayang Ilahi untuk mendapatkan kasih sayang Nya yang abadi, yang dikhususkan bagi mereka-mereka yang beriman, yang dikhususkan bagi mereka yang mensucikan Allah, yang bibirnya bercahaya dengan zikrullah , yang panca inderanya dan tubuhnya dipenuhi hal-hal yang di ridhai Allah,
tersisa para pendosa tersisa para pembuat kemungkaran dan kehinaan masih di tawarkan bagi mereka pengampunan, dan selama mereka masih dalam Islam , masih menyembah Allah, tidak menduakan Allah dan tidak mengakui ada Nabi selain Muhammad SAW Khaatamul Anbiyaa’ Wal Mursalin, maka sebesar apapun dosa mereka di dunia, Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan memberikan kesempatan bagi mereka penyucian dosa di dunia, jika tidak dibersihkan (dg musibah) maka akan dicuci dalam kubur dengan kehinaan, jika tidak terselesaikan akan dicuci di dalam api neraka dan setelah itu mereka akan sampai ke dalam surga yang abadi, demikian kasih sayang Ilahi terhadap kalian ummat Sayyidina Muhammad SAW wa baraka ‘alaih.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Allah SWT memuliakan hamba-hambaNya dengan bimbingan keluhuran , dengan manusia yang paling lembut dan berkasih sayang, dengan manusia yang paling ramah dan indah , Sayyidina Muhammad SAW …وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ , (dan Sungguh Engkau Wahai Muhammad berada pd Akhlak yg Agung” (QS Nun 4)

Seraya bersabda diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari :

... إِنَّ أَحَدَكُمْ يَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِحَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجنةِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ يَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجنة حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا

Hadirin hadirat..
Rasul SAW bersabda diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari : “ Ada diantara kalian - tidak semuanya- beramal dengan amal-amal jahat dan hina, perbuatan penduduk ahli neraka, hingga jarak antara dia dan neraka hanya seperti satu hasta saja, namun Allah menghendaki berbeda maka Allah memberinya hidayah kemudian ia beramal dengan amalan ahli surga, maka masuklah ia ke dalam sorga. Dan sungguh ada di antara kalian yang beramal dengan amal ahli sorga hingga jarak antara dia dan sorga hanya satu hasta saja, namun didahului oleh ketentuan Allah maka ia pun berubah dan di cabut hidayahnya kemudian ia beramal dengan amal ahli neraka, maka masuklah ia ke neraka.

Hadirin hadirat…
Penjabaran hadits ini sangatlah panjang , insya Allah saya ringkaskan dulu penjabaran maknanya. Dijelaskan oleh Hujjatul Islam Al Imam Ibn Hajar Al ‘Asqalani di dalam Fathul Baari Bisyarh Shahih Al Bukhari dan lainnya, bahwa hadits ini adalah tahziiran ( peringatan), wa tabsyiiran ( kabar gembira), wa rajaaan ( pengharapan ) untuk orang –orang muslim yaitu agar orang-orang yang banyak beramal pahala tidak sombong, jangan menyombongkan dirinya “aku sudah beramal banyak”…apa si fulan itu pezina! si fulan itu pemabuk! si fulan itu berbuat mungkar!, aku siang dan malam di dalam kemuliaan..hati-hati Allah bisa mencabut hidayah kita dengan getaran hati kita. Sebaliknya jangan berputus asa bagi mereka yang banyak berbuat dosa, bisa saja Allah SWT melihat kebaikan di hatinya kemudian Allah memberikan hidayah, sepanjang umur dia banyak dosa di akhirnya Allah memberi hidayah, beramal dengan amal ahli sorga masuklah ia ke sorga. Jadi ringkasnya adalah orang yang banyak beribadah jangan sombong, dan orang yang banyak bermaksiat jangan putus asa dari kasih sayangNya. Betapa indahnya ucapan-ucapan Sayyidina Muhammad SAW, beruntung mereka yang banyak beribadah agar semakin luhur dan beruntung mereka yang dalam kehinaan dosa agar tidak putus asa dari rahmat Allah SWT, sempurna tuntunan Sayyidina Muhammad SAW.

Hadirin hadirat…
Dan disyarahkan pula dalam hadits ini tentang ketentuan-ketentuan Ilahi bisa berubah dengan niat kita, niat di dalam sanubari niat berbuat baik, niat berbuat luhur, niat dan berfikir mulia, hal itu bisa merubah ketentuan yang akan datang. Allah Maha mampu merubah takdirNya kepada kita, sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari Rasul SAW bersabda : “ Barangsiapa yang ingin diluasakan rizkinya, dan dipanjangkan usianya maka hendaklah ia menyambung silaturrahmi “. Kok bisa silaturrahmi memanjangkan umur, kok bisa menyambung silaturrahmi meluaskan rizki?, karena yang Maha memiliki ajal adalah Allah, Allah sudah menentukan untuk kita, fulan bin fulan jika menyambung silaturrahmi maka usianya sekian, kalau ia putuskan silaturrahmi maka usianya sekian, kalau ia menyambung silaturrahmi rizkinya sekian, kalau ia putuskan silaturrahmi maka rizkinya sekian, ketentuan Ilahiah yang mungkin saja dari kebaikan berubah menjadi kehinaan karena niat dan dosa kita , sebaliknya dengan niat mulia kita, dengan amal pahala kita, menghindari hal-hal yang dilarang Allah SWT semampunya, menjalankan perintah Allah SWT semampunya, dengan itu jelanglah kebahagiaan dunia dan akhirah, semakin kita berbuat baik semakin indah ketentuan yang akan datang bagi kita .

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..
Demikian indahnya ketentuan Rabbul ‘Alamin SWT yang maha melimpahkan kemuliaan dan keberkahan bagi hamba-hambaNya .

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ اْلقُرَى أَمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ . ( الأعراف : 96 )

“Jikalau seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami (Allah) akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami (Allah) siksa mereka disebabkan perbuatannya”. ( Al A’raf : 96 )

Allah SWT berfirman : Kalau seandainya penduduk itu, masyarakat itu beriman dan bertakwa , banyak beribadah niscaya Ku limpahkan keberkahan dari langit dan bumi, kemakmuran tumbuh dan muncul , musim penghujan tidak membawa banjir dan musibah, musim kemarau tidak membawa musibah, tanah menjadi subur tidak ada hama, tidak ada apa-apa, gempa dan lain sebagainya tidak terjadi karena orang-orangnya bertakwa dan beriman, namun karena banyaknya dosa maka yang maha lembut menjadikan musibah sebagai penghapus dosa. Hadirin hadirat..makin banyak dosa kita makin banyak musibahnya, musibah itu datang dari cinta Allah . Dan jangan kita terkena musibah setelah kita wafat, namun tentunya kita tidak menginginkan musibah, itu niatan di akhirah maka berdoalah. Telah kita sampaikan malam selasa yang lalu sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Sayyididina Abu Hurairah RA :

مِنْ أَكْثَرِ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَقُوْلَ: " اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ"

Doa yang paling banyak dipanjatkan oleh Rasulullah SAW doa itu , “Wahai Allah Tuhan Kami, beri kami bahagia di dunia, bahagia di akhirah, jauh dari api neraka “, indahnya ajaran Ilahi agar kita mendapatkannya. Beruntunglah yang mau memperbanyak doa ini, untuk siapa kebahagiaan dunia dan akhirah dan jauh dari api neraka? untuk yang banyak mengamalkan doa ini, sudah pasti akan mendapatkannya, semoga aku dan kalian dimuliakan dengan keagungan doa mulia ini dalam kebahagiaan dunia dan akhirah. Amin…

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah...
Rasul SAW mengajarkan kepada kita Sayyidul Istighfar, raja dari semua istighfar. Istighfar itu banyak tapi Rasul SAW mengajarkan pimpinan atau raja dari semua doa memohon pengampunan kepada Allah SWT. Doa ini sangat agung dan sangat indah:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ...

“Wahai Allah Engkaulah Tuhanku”.
Kata “ Rabb ” mempunyai tiga makna ; Sang Maha Pemelihara, Sang Pemilik, dan Sang Maha Raja. Ini ketiganya ada pada Rabbul ‘Alamin SWT. Allaahumma Anta Rabbi “ Wahai Allah Engkaulah Tuhanku, Engkaulah yang menciptaku, dan memiliki ku, dan Engkaulah yang menjadi Maha Rajaku. اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ .. , kalimat ini mendekatkanmu kepada puncak kekhusu’an, jika kita mengucapkannya tentunya kita sudah tahu bahwa Tuhan kita Allah, tapi kita telah mengucapkannya dengan perkataan sanubari yang dalam, menyambung silaturrahmi ruh kita dengan Allah SWT agar lebih bercahaya dengan cahaya keagungan Ilahi hingga kita betul-betul merasa sangat dekat Allah SWT karena kasih sayangNya, kasih sayang yang lebih dari ayah bunda kita.

...اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي

“ Wahai Allah Engkaulah yang maha mengasuhku, yang maha memilikiku, yang maha rajaku “

لَاإِلهَ إِلَّا أَنْتَ

“ Tiada Tuhan selain Engkau ”

خَلَقْتَنِيْ

“Engkau yang telah menciptakan aku”
Engkau telah menciptaku dari tiada, asalnya manusia ini tidak pernah ada dan kita tidak pernah menginjak bumi serta tidak mengenal siapa pun dan tidak dikenal siapa pun, namun Allah yang menciptanya ke muka bumi.

وَأَنَا عَبْدُكَ

“ Dan aku adalah hambaMu “

وَأنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ

“ Dan aku berada di dalam janji dan sumpah setia kepadaMu ” yaitu kalimat syahadah

. مَااسْتَطَعْتُ

“ Tapi semampuku aku berbuat ”

وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ

“ Aku berlindung kepadaMu dari buruknya perbuatanku”

Subhaanallah,, Sang Nabi SAW mengetahui terlalu banyak ummatnya yang telah terjebak dalam dosa dan belum bisa meninggalkan dosa, lalu bagaimana caranya mengatasi dosa-dosanya?, berlindung kepada Allah dari perbuatan burukku. Mau berlindung kemana dari dosa kita,, siapa yang maha mampu merubah keadaan supaya kita lepas dari dosa?? Allah.

وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ

“ Aku berlindung kepadaMu dari buruknya perbuatanku “
maksudnya apa? Supaya Allah melindungi kita , kalau seandainya kita terjebak dalam dosa maka tentunya kalau kita dalam lindungan Allah, maka Allah ampuni. Kalau seandainya kita tidak mampu meninggalkan dosa, kalau Allah lindungi kita akan mampu meninggalkannya. Kalimat ini membuka kemuliaan luhur, di dalam kehidupan kita tidak lepas daripada segala ancaman dosa, sampai di hari kiamat maka Allah tidak akan lupa dengan kalimat “ Aku berlindung wahai Allah dari perbuatan buruk ku “, wahai Allah aku sadar tentang kenikmatanMu yang sangat besar , dan aku sadar juga betapa banyaknya dosa-dosaku, kalimat cinta dan rindu kepada Rabbul ‘Alamin.

Sudah mengeluh kesahkan kepada Allah, menyambung hubungan mulia dengan kasih sayang Ilahi , mengadu dan merasakan diri kita hanyalah hamba yang diciptaNya, mengadu bahwa kita mengetahui betapa banyak kenikmatannya dan betapa banyak pula dosa kita bukanlah kita banyak bersyukur tapi semua perbuatan syukur perlu disyukuri pula.

فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

“ Maka ampunilah Aku wahai Allah, karena tidak ada yang mengampuni dosa selain Engkau Wahai Allah “

Inilah indahnya Sang Nabi SAW cahaya jiwa beliau berpijar menerangi ummat beliau SAW hingga di akhir zaman, kalimat ini 14 abad yang silam, berapa ribu manusia dan berapa juta manusia yang termuliakan dan tersucikan hatinya dengan kalimat agung ini, seraya beliau SAW bersabda “ Barangsiapa yang mengucapkannya di pagi hari dengan mendalami maknanya lalu ia wafat di siang itu maka ia masuk surga, jika ia membacanya di malam hari dan ia wafat sebelum pagi maka ia masuk sorga “. Demikian tuntunan Sang Nabi SAW, ribuan orang yang telah selamat dari api neraka dan masuk sorga dengan banyak mengamalkan bacaan luhur ini.

Hadirin hadirat..
Inilah Sayyidul Istighfar, pemimpin daripada segala doa memohon pengampunan. Amalkanlah semampunya, jika mampu sebelum pagi sore ini hanya beberapa detik membacanya tidak sampai satu menit, kalau mau mendalaminya barangkali dua menit, tambah dengan rintihan sanubari paling lama tiga atau empat menit setelah itu selesai tiga empat menit mu itu, lewati harimu dengan kemuliaan dan keluhuran , jadikan hari-hari kita di dalam hari-hari yang indah. Semoga hari-hari kita semakin indah dengan kemuliaan tuntunan Sang Nabi dan cahaya sayyidul istighfar.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasul SAW bercerita “ Wahai para sahabatku, bagaimana jika seandainya kalian melihat ada seseorang yang membawa semua harta bendanya, emas, perak, berlian, dan semuanya, dia tidak punya rumah karena sudah dijual semua rumahnya hingga dijadikan harta, di taruh di atas ontanya berjalan dia kemana saja dengan hartanya, lalu dia duduk di bawah sebuah pohon untuk beristirahat dan tertidur, ketika terbangun dilihat onta berikut hartanya sudah tidak ada, betapa sedihnya,,bagaimana perasaannya? kata Rasul SAW, maka berkata para sahabat, Wahai Rasulallah , pastilah ia sangat sedih, bagaimana tidak sedih semua hartanya cuma itu lantas hilang begitu saja . Lalu Rasul SAW melanjutkan, setelah ia bangun kaget,risau dan sedih kemudian mencari hartanya kesana kemari sampai kelelahan, sudah terlalu lelah dia rebah dan tertidur dari lelahnya, saat ia bangun ia melihat onta dan hartanya di depan matanya, bagaimana perasaannya?, maka para sahabat berkata “ tentu ia akan sangat gembira wahai Rasul SAW dan tidak ada kegembiraan baginya seumur hidup kecuali kegembiraan itu , sudah dicari kemana-mana tidak ketemu hartanya saat ia tertidur kelelahan mencari, ternyata hartanya kembali sendiri di depan matanya, pasti ia sangat gembira. Rasul SAW berkata,” Allah lebih gembira menyambut hambaNya yang bertobat daripada orang itu yang menyambut hartanya yang kembali setelah hilang”. Kalau semua harta kita tiba-tiba hilang kemudian kembali lagi di hadapan kita, gembiranya bagaimana!? Allah SWT lebih gembira menyambut para pendosa yang bertobat, daripada orang yang kehilangan hartanya itu kata Sang Nabi SAW, sedikit Sang Nabi membukakan rahasia kelembutan Ilahi maka pahamilah.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..
Inilah Rabbul ‘Alamin Jalla wa ‘Alaa SWT yang menawarkan kasih sayang dan keridhaanNya bagi hamba-hambaNya, beruntung mereka yang mau menjawab lamaran kasih sayang Ilahi. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, Rasul SAW mendengar kabar bahwa Sa’ad bin Ubadah RA berkata dengan nada yang sangat marah “ kalau seandainya ada seorang lelaki mendekati istriku, akan ku tebas dengan pedangku ini “, para sahabat datang kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah Sa’ad bin Ubadah mau main hakim sendiri. Rasul mengalihkan pembicaraan, tidak meneruskan pembahasan tapi mengangkat derajat mereka kepada yang lebih luhur , seraya berkata :

أَتَعْجَبُوْنَ مِنْ غِيْرَةِ سَعَد ؟ لَأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ وَاللهُ أَغْيَرُ مِنِّيْ .

Kenapa kalian,, kalian takjub dan heran melihat cemburu dan cintanya Sa’ad kepada istrinya? yang tidak mau melihat istrinya di ganggu oleh siapa pun, aku lebih cinta kepada kalian daripada Sa’ad kepada istrinya, dan Allah Lebih Lebih Maha cemburu dariku, aku lebih cemburu daripada Sa’ad. Al Imam Ibn Hajar Al ‘Asqalani Hujjatul Islam Wa Barakatul Anam dalam Fathul Baari bisyarh Shahih Al Bukhari dan juga para muhaddits lainnya, menjelaskan bahwa makna hadits ini Rasul SAW ingin mengenalkan cinta Allah dan cinta Sang Nabi kepada ummatnya . Bagaimana tidak, adakah manusia yang lebih mencintai kita di saat semua kekasih meninggalkan kita, dan Sang Nabi sibuk mengurus dosa-dosa kita. Jika semua ummatnya yang berdosa masih harus digiring ke dalam neraka , dan mereka harus merasakan api untuk menebus dosanya seraya beliau bersujud untuk menebus dosa mereka untuk dimaafkan oleh Allah SWT, demikian indah dan lembutnya Sang Nabi SAW di saat itu semua cinta terputus dan sirna kecuali cinta karena Allah, dan yang paling mencintai kita Sayyidina Muhammad SAW yang membela para pendosa dan di saat itu semua Nabi dan Rasul berkata :

نَفْسِيْ نَفْسِيْ اِذْهَبُوْا إِلَى غَيْرِيْ

(para nabi berkata : diriku diriku, pergilah pada selainku. Shahih Bukhari)kecuali Sayyidina Muhammad SAW idolaku dan idola kalian yang sangat membela ummatnya di hari yang paling dahsyat dan sulit, selalu mendoakan kita dalam keadaan tersulit, di saat sakaratul maut beliau SAW masih mengingat ummatnya :

اللَّهُمَّ شَدِّدْ عَلَيَّ مَوْتِيْ وَخَفِّفْ عَلَى أُمَّتِيْ

“ Wahai Allah keraskan dan pedihkan sakaratul mautku asalkan ringankan untuk ummatku”,

Inilah Sayyidina Muhammad SAW, Allah kabulkan doanya sehingga beliau merasakan pedihnya sakaratul maut, seraya mengusap dahinya daripada air keringat dingin yang terus mengalir, seraya berkata :

إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ

“ sungguh dalam kematian itu terdapat kepedihan “, (Shahih Bukhari)

Beliau menahan pedihnya, sakitnya yang itu meringankan seluruh ummatnya ketika sakaratul maut, sehinnga malaikat Jibril memalingkan wajahnya tidak mau melihat wajah Sang Nabi, Rasul SAW berkata kenapa engkau memalingkan wajah wahai Jibril?, Aku sedang kesakitan dan engkau membuang muka, Jibril berkata: Aku tidak bisa, tidak tega melihat wajahmu kesakitan Wahai Rasulallah,, demi menahan sakaratul maut agar teringankan untukku dan kalian hadirin hadirat, inilah Muhammad Rasulullah SAW Nabi kita semua yang berkata “ Allah itu lebih pencemburu daripada aku, kalau itu cintanya Rasul kepada kita maka Allah lebih lagi, kenapa? Siapa yang mencipta Nabi?, siapa? Allah. Sumber kelembutan adalah Rabbul ‘Alamin , maha paling indah yang menciptakan manusia terindah, ini untuk kalian wahai hamba-hambaKu, ini Nabi kalian Muhammad SAW Imaamul Anbiyaa’ wal Mursalin, bentuk dari lambang kelembutan Ilahi.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّارَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ

(Tiada kuutus Engkau kecuali Rahmat bagi sekalian alam)

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..
Cahaya kemuliaan terus mengalir dalam kehidupan kita, merugi mereka yang meninggalkan hari-hari dan detik-detiknya dalam kemungkaran dan kehinaan dan beruntunglah mereka yang mengikutinya dengan keluhuran dan keindahan, keindahan di dunia dan akhirah keindahan yang abadi bersama keridhaan Ilahi SWT . Rasul SAW telah menyampaikan kepada kita betapa lemah lembutnya Allah. Allah SWT mengganjar setiap kesedihan hambaNya, kesedihan itu tidak dibiarkan begitu saja, semua apa yang membuat kita sedih itu adalah penghapusan dosa bagi kita, dan Allah mengganjar nya dengan pahala , seraya bersabda Rasulullah SAW : “Tiadalah satu di antara kalian mempunyai tiga anak yang wafat terkecuali dia itu tidak akan menyentuh api neraka”, karena apa? karena tiga kali ditimpa kesedihan dalam hidupnya anaknya wafat tiga orang, maka ia tidak akan menyentuh api neraka selama ia Muslim, kenapa? kesedihannya sudah membayarnya selepas daripada segala dosa dan kesalahannya dimaafkan Allah. Maka diantara sahabat berkata : “ bagaimana kalau cuma dua orang yang wafat Ya Rasulallah? Maka Rasul SAW berkata : “walaupun cuma dua”, maka ia telah Allah berikan kemuliaan karena pernah sedih hatinya selama ia tabah, selama ia tidak mencaci Allah karena telah wafat anaknya. Kalau ia berkata, mana ini kelembutan Allah, dusta..buktinya anakku diambilnya”, kalau sampai seperti itu maka tentunya tidak akan didapatkan kemuliaan ini. Jika ia tabah dan sabar ;” ya sudah milik Allah dan kembali kepada Allah”

إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

“ Sungguh kami milik Allah dan kepadaNya kami kembali “

Maka kesedihan itu diganti oleh Allah. Dua kali ia kematian anaknya, maka ia sudah disabdakan oleh Sang Nabi lepas dari api neraka, demikian riwayat Shahih Al Bukhari. Namun Al Imam Thabrani di dalam Al Awsat meriwayatkan Hadits bahwa para sahabat bertanya,” bagaimana kalau yang wafat hanya satu? Maka Rasul SAW berkata “ walaupun satu “. (dinukil oleh Hujjatul Islam Al Imam Ibn Hajar dalam Fathul Baari)Semoga Allah SWT membebaskan kita dari api neraka, kita tidak menginginkan musibah ini terjadi pada kita, tapi kita lihat kemuliaan dan kebahagiaannya. Hadirin hadirat, kalau Allah bisa memberi kepada mereka yang dirundung kesedihan , tidak mustahil Allah memberi kepada yang berdoa kepadaNya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..
Silsilatul Mahabbah ( rantai cinta ) kepada Rasul SAW dan orang-orang yang dicintai oleh Rasul SAW tersambung. Rasulullah SAW bersabda ketika melihat Sayyidina Hasan Ibn Ali RA :

اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُ، فَأَحِبَّهُ وَاحْبِبْ مَنْ يُحِبُّهُ

“ Wahai Allah saksikan aku mencintai dia,( yaitu cucu beliau saw yaitu Sayyidina Hasan Ibn Ali RA ), maka cintailah dia dan cintailah orang yang mencintai Hasan Bin Ali RA”.

Demikian indahnya doa Sang Nabi, Rasulullah kalau sudah cinta kepada seseorang langsung berdoa kepada Allah, Wahai Allah aku cinta kepada Hasan Bin Ali maka cintailah Hasan Bin Ali dan cintailah orang-orang yang mencintai Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA. Yang meriwayatkan hadits ini Abu Hurairah RA di dalam Shahih Al Bukhari , seraya berkata ; sejak aku mendengar itu tidak henti-hentinya orang yang paling aku cintai setelah Nabi adalah Hasan bin Abi Thalib, kenapa? karena Rasul telah mendoakan “ cintai orang yang mencintai Hasan bin Abi Thalib RA”. Rasul meminta kecintaan sampai pada orang yang mencintainya.

Hadirin hadirat..
Silsilah mahabbah ini mustamir (rantai cinta ini berkelanjutan), kemuliaan ini bukan dibuka oleh Rasul SAW kepada orang-orang yang dicintai oleh Sang Nabi SAW, masuk padanya para Awliyaa’ (para wali) dan para Shalihin terikat dengan sabda Sang Nabi :

المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

“ Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintai “.

Maka cintailah para shalihin dan khususnya imam para shalihin, Sayyidina Muhammad SAW, yang dengan itu sempurnalah iman kita, sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari :

لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“ Tiada sempurna iman salah seorang diantara kalian sebelum aku lebih dicintainya daripada anak dan orang tuanya dan dari seluruh manusia”.

Kecintaan yang paling sempurna adalah tidak mencintai makhluk yang lebih besar daripada cintanya kepada Rasulullah SAW. Semoga Allah mewarnai jiwa kita dengan cahaya mahabbah kepada Nabi kita Muhammad SAW yang dengan itu kita sampai pada keridhaan Allah dan kesempurnaan iman.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..
Demikian agungnya kemuliaan-kemuliaan yang disampaikan oleh Sang Nabi SAW. Saya tidak berbicara panjang lebar karena setelah ini ada beberapa hal yang perlu kita bahas, tentang pertanyaan yang sering muncul melalui surat, sms , atau lainnya.

Hadirin hadirat..
Pertanyaan muncul tentang bagaimana hukumnya mempercayai ramalan, yang muncul di televisi dengan sms dan lainnya, hal itu adalah dosa besar yang harus dihindari, jangan sampai kita terjebak pada ramalan-ramalan itu karena itu semua hanya dusta dan permainan mereka saja, mereka tidak mengetahui sesuatu, Yang Maha Mengetahui Allah, Yang maha mampu merubah keadaan hanya Allah. Namun kalau seandainya kita mempercayai ramalan orang itu, bisa saja Allah tentukan takdir kita kepada itu dan jadilah kita orang yang hina di sisi Allah, wal ‘iyazubillah. Jauhi!! Jangan sampai jari-jari kita terlibat untuk turut kirim sms ramalan-ramalan apa yang terjadi padaku nanti, na’uzubillah dan memasrahkan takdir kita kepada orang yang tidak tsiqah kepada Allah.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..
Demikian yang bisa saya sampaikan tentang ramalan, selanjutnya pertanyaan yang banyak tentang puasa Syawwal, sudah saya jelaskan tiga minggu yang lalu namun mungkin perlu diperjelas. Puasa Syawwal ini hukumnya sunnah, boleh dilakukan mulai tanggal 2 Syawwal sampai akhir Syawwal sebanyak 6 hari. Rasul SAW bersabda riwayat Shahih Muslim, “ Barangsiapa yang berpuasa 6 hari di bulan Syawwal ( puasa sunnah ), maka ia mendapatkan pahalanya seperti puasa sepanjang tahun”. Melakukan puasanya tidak harus berturut-turut, boleh 6 hari langsung berturut-turut atau di pisah-pisah demikian yang dijelaskan di dalam Busyraa Al Kariim bisyarh Al Muqaddimah Al Hadhramiyyah.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..
Jadi, di putus-putus pun boleh dua hari dulu misalnya, sehari dulu ..selama masih bulan Syawwal itu boleh, niatnya dengan hati sudah cukup kalau dengan lafazh bahasa Indonesia boleh, kalau mau dengan bahasa Arab juga boleh,
dan juga boleh dipadu dengan qadha’ Ramadhan, punya hutang puasa Ramadhan sekalian dua niat dengan ganti puasanya, qadha’ Ramadhan nya dapat, puasa sunnah Syawwal juga dapat. Khususnya kaum wanita yang barangkali dalam bulan Ramadhan tentunya kena haidh, qadha’ puasanya disatukan dengan puasa Syawwal . Al Imam Ibn Hajar menjelaskan bahwa hal seperti ini Tandarij (sah dan bisa dipadu) di dalam niatnya, jadi niat qadha Ramadhan satu hari dan puasa Syawwal sekaligus, dapat pahala qadha puasa Ramadhan dan pahala Syawal juga dapat. Niatnya, kalau tidak tahu bahasa Arabnya , maka dengan bahasa Indonesia. Niat qadha puasa Ramadhan di gabung dengan puasa Syawwal karena Allah semata.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, hal ini diperbolehkan di dalam mazhab As Syafi’I berpendapat kepadanya Al Imam Ramli dan Al Imam Ibn Hajar yang mengatakan hal ini boleh, namun ada pendapat lain yang mengatakan tidak diperbolehkan dua niat ini dipadu. Demikian hadirin hadirat..boleh di tambah lagi dengan puasa Senin Kamis dipadu lagi, misalnya puasa Senin Kamis digabung dengan puasa sunnah Syawwal , digabung dengan qadha’ Ramadhan ini boleh.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..
Semoga Allah SWT muliakan hari-hari kita, dan semoga Allah SWT mengabulkan segenap doa dan munajat kita . Kita bermunajat kepada Allah SWT, Rabbi ..bukakan bagi kami rahasia kemuliaan sayyidul istighfar, jadikan kalimat-kalimat luhur ini terpahat di dalam jiwa kami, dan bibir kami selalu mengucapkannya, dan jiwa kami selalu merintihkannya..

اللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَاإلهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

Wahai Allah Engkaulah Tuhan kami, dan tiada Tuhan selain Engkau , kami adalah hambaMu, kami adalah yang telah Kau ciptakan, dan kami mengetahui bagaimana mulianya Engkau dengan menciptakan kami dan kami juga mengikat janji yaitu kalimat “ Laa Ilaaha Illallah “, janji setia kami kepada Mu, dan kami semampunya menunaikan apa-apa yang kami mampu daripada janji setia kami dengan menjauhi hal-hal yang hina, dan mendekat pada hal-hal yang luhur semampu kami, dan kami tahu bagaimana limpahan kenikmatanMu, dan kami tahu bagaimana banyaknya dosa kami, maka ampunilah dosa-dosa kami Ya Allah, kami mengadukan kepadaMu buruknya amal perbuatan kami yang banyak, maka ampunilah dosa karena tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau. Rabbii..pastikan kami semua di dalam sorgaMu, dan jauh dari nerakaMu, dalam limpahan kebahagiaan dan keberkahan bersama para shalihin, bersama para sahabat, bersama para ahlu bait Rasul. Jadikan jiwa kami mencintai Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan jadikan jiwa kami ini mencintai Rasulullah SAW. Buka pemahaman di dalam jiwa kami untuk memahami cahaya keindahanMu Ya Rabbi, singkapkan hijab di dalam jiwa kami, hijab dosa, tabir dosa yang membentengi kami dari mengenal kelembutanMu, maka bukakanlah tabir itu Rabbi..buka tabir kegelapan dalam jiwa gantikan dengan cahaya keluhuran, bukakan dan terangi jiwa kami dengan keindahanMu Rabbi..yang dengan itu berjatuhanlah seluruh sifat-sifat hina di dalam jiwa kami, dan terbitlah sifat-sifat luhur , sifat untuk mendekat kepadaMu, sifat untuk meninggalkan kehinaan, sifat untuk selalu berbuat yang luhur, sifat untuk asyik berdoa, sifat untuk saling tolong menolong, sifat-sifat mulia, dan bukakan cahaya keindahan dalam hari-hari kami, perindahlah hari-hari kami Rabbi..terbitkan matahari kebahagiaan dalam hari-hari kami yang tiada pernah terbenam sampai kami berjumpa denganMu Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim Ya Zal Jalaali wal Ikram..

فَقُوْلُوْ جَمِيْعًا...

( Kataklanlah bersama sama )

ياالله.. ياالله.... يا الله .. يارَحْمَنُ يَارَحِيْم... لاإلهَ إِلَّا الله....لاإله إلاالله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَةٌ حَقّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Hadirin hadirat tidak lupa kita doakan Fadhilah As Sayyid Al Habib Hasyim bin Muhammad bin Shalih Al Hamid mata’anallahu bih, semoga dipanjangkan usia beliau dan semoga dengan kehadiran beliau ini bersambung sanad silsilah kita, sanad ijazah zikir kita, sanad ilmu kita kepada Al ‘Arif billah Al Habib Shalih bin Muhsin Al Hamid Tanggul). Ya Rahman Ya Rahim..kumpulkan kami dengan para pencintaMu di yaumul qiyamah, kumpulkan kami bersama para Shiddiqin. Yang hadir bersama kita semoga dipanjangkan usianya dalam keberkahan, para ulama dan para habaib sekalian semoga dilimpahi rahmat dan keberkahan, dan kita semua yang hadir semoga Allah pastikan kita wafat dalam husnul khatimah , semoga Allah pastikan kita wafat dalam hembusan rindu ke hadiratNya, dan bangkit bersama orang-orang yang rindu berjumpa dengan Allah “ Man Ahabba liqaai Ahbabtu liqaahu”. Demikian hadirin hadirat ..mengingat kembali indahnya Nabi kita Muhammad SAW , yang setelah itu kita mohonkan doa penutup dari yang mulia yang kita cintai Al Habib Hasyim bin Muhammad bin Shalih Al Hamid semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan kepada beliau, selanjutnya qasidah “ Muhammadun” dan setelah itu doa penutup. Tafaddhal Masykuraa.

Jumat, 13 November 2009

FPI (Front Pembela Islam)

assalamualaikum wr wb

FPI (Front Pembela Islam) hemm klo dger nama itu mungkin yg terbayang di otak kita adalah anarkis, ngeancurin inilah itulah, demo yg anarkis, tpi sbener.a FPI gaperlu kita pandang negatif, karena FPI ini adalah organisasi yg berdiri untuk membela islam, ap lg jaman skrg islam itu byak dilecehkan, oleh karena itu kita gaperlu resah sm organisasi kya gini. berikut adl cuplikan2 jwaban2 Habib Rizieq mengenai FPI :

1. Kita sama memaklumi bahwa soal peperangan Rasulullah SAW adalah upaya membela diri dan mempertahankan agama. Akan tetapi menyikapi kemunkaran dengan menghancurkan Tempat Ma’siat persoalan berbeda. Rasulullah SAW tidak pernah berbuat seanarkis itu. Jadi, kalau sekarang ada aksi perusakan dan pembakaran Tempat Ma’siat, ayat Al-Qur’an dan Hadits mana yang dijadikan hujjah ?

Membela dan mempertahankan agama adalah melakukan upaya untuk menjaga keberlangsungan pengamalan ajaran agama secara aman dan tenang dengan menjauhkan segala bentuk kerusakan yang membahayakan kemurnian agama.

Pengertian tersebut mencakup upaya melawan penindasan terhadap agama, memerangi kezhaliman dan menentang kemunkaran. Hal inilah yang menjadi substansi peperangan Rasulullah SAW. Dan ini pulalah yang menjadi substansi penghancuran sarang kema’siatan. Jadi keduanya mempunyai persamaan substansial.

Soal hujjah qur’âniyyah, perhatikan kisah Masjid Adh-Dhirâr yang dipaparkan Q.S. 9. At – Taubah : 107 – 108, sebagai berikut :

" وَالَّذِينَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيْقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلاَّ الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ. لاَ تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّوْنَ أَنْ يَتَطَهَّرُوْا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ "
Artinya : ” Dan ( di antara orang-orang munafik itu ) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan ( pada orang-orang mu’min ), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu’min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah :” Kami tidak menghendaki selain kebaikan ”. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta ( dalam sumpahnya ) ”.
Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas taqwa ( Masjid Qubâ ), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih ”.

Dalam kitab Asbâbun Nuzûl, karya Al-Imâm Abul Hasan ‘Ali ibnu Ahmad Al-Wâhidi An-Naisâbûri rhm, Halaman 149, disebutkan bahwasanya sebab turunnya ayat tersebut bermula dari seorang tokoh pribumi Madinah, asal suku Khozroj, yang biasa dipanggil ” Abu ‘Âmir Ar-Râhib ”.

Sejak zaman Jâhiliyyah, Abu ‘Âmir menjadi pengikut taat agama Nashrani, dan ia dicinta kaumnya serta punya kedudukan terhormat di Madinah. Namun setelah kedatangan Rasulullah SAW ke Madinah, Abu ‘Âmir merasa kehilangan pamor dan kedudukan, akhirnya dengan penuh iri dan dengki ia berkata dengan lantang di hadapan Nabi SAW :

" لاَ أَجِدُ قَوْمًا يُقَاتِلُوْنَكَ إِلاَّ قَاتَلْتُكَ مَعَهُمْ "
Artinya : ” Tidaklah aku dapatkan suatu kaum memerangimu melainkan aku pasti memerangimu bersama mereka ”.

Tercatat dalam sejarah , mulai dari perang Uhud hingga Hunain, Abu ‘Âmir banyak mengambil peran di pihak musuh untuk memerangi Nabi SAW. Karenanya tidak berlebihan saat Rasulullah SAW menjulukinya dengan ” Abu ‘Âmir Al-Fâsîq ” sebagaimana disinggung dalam kitab Tanwîrul Miqbâs min Tafsîr Ibni ‘Abbâs, halaman 166, karya Abu Thâhir ibnu Ya’qûb Al-Fairûzabâdi.

Al-Imâm Ath-Thabari dalam tafsirnya menyangkut kedua ayat di atas menyebutkan bahwa Abu ‘Âmir Al-Fâsiq adalah aktor utama di balik Perang Ahzâb. Ia memprovokasi berbagai puak dan suku Arab untuk secara bersama-sama memerangi Nabi SAW dan para shahabatnya.

Setelah perang Hunain, Abu ‘Âmir melarikan diri ke Romawi dan meminta bantuan Kaisar Hiraclius untuk memerangi Rasulullah SAW. Dari sana mulailah Abu ‘Âmir menyurati sejumlah pengikut setianya di Madinah yang selama ini pura-pura masuk Islam ( kaum munafiqîn ). Ia mengatur strategi agar pengikutnya mendirikan sebuah masjid tidak jauh dari Masjid Qubâ’ ( masjid pertama yang dibangun Nabi SAW di pinggir kota Madinah ).

Saat membangun masjid tersebut, kaum munafiqin menyampaikan alasan kepada Rasulullah SAW sambil bersumpah bahwasanya pembangunan masjid tersebut dimaksudkan untuk kebajikan, seperti perlindungan kaum lemah serta kemudahan ibadah di musim dingin.

Seusai pembangunan masjid mereka pun mengundang Rasulullah SAW untuk shalat bersama mereka di masjid tersebut. Karena saat itu beliau SAW dan para Shahabat ra dalam puncak persiapan keberangkatan ke Tabûk, maka Nabi SAW menjawab kepada mereka :

" إنَّا عَلَى سَفَرٍ , وَلكِنْ إِذَا رَجَعْنَا إِنْ شَآءَ الله "
Artinya : ” Kami dalam persiapan berpergian, akan tetapi jika kami kembali, Insya Allah ”.
Saat Rasulullah SAW kembali dari Tabûk, menjelang kota Madinah, datanglah Jibrîl as membawa wahyu Allah SWT sebagaimana tertera di atas tadi. Melalui wahyu inilah akhirnya Rasulullah SAW mengetahui bahwasanya masjid tersebut dimaksudkan untuk kemudharatan, kekufuran, memecah belah persaudaraan, dan sebagai tempat memata-matai gerak-gerik umat, serta sekaligus untuk tempat penantian kembalinya Abu ‘Âmir membawa bala bantuan musuh Islam.

Oleh karena itulah, Rasulullah SAW mengirim sejumlah shahabatnya untuk mendatangi masjid tersebut. Beliau pun berkata kepada rombongan yang akan dikirim :

" انْطَلِقُوْا إِلَى هذَا المَسْجِدِ الظَّالِمِ أهْلُهُ , فَاهْدِمُوْهُ وَاحْرِقُوْهُ "
Artinya : ” Berangkatlah kalian ke masjid itu, yang zholim penghuninya, lalu hancurkan dan bakar masjid tersebut ”.
Para Shahabat pun berangkat dan mereka melaksanakan apa yang diperintahkan Rasulullah SAW dengan baik tanpa sedikit pun keraguan.

Al-Imâm Abul Fidâ’ Ismâ’îl ibnu Katsîr rhm, menceritakan kisah tersebut dengan panjang lebar dalam tafsirnya yang terkenal, pada Juz II, Halaman 388 – 392. Sementara Asy-Syeikh Muhammad ‘Ali Ash-Shâbûni rhm meringkaskannya dengan sangat sederhana dalam kitab Shofwatut Tafâsîr, Juz I, Halaman 557.

Menarik untuk dikaji, sebuah tempat yang bernama ” Masjid ”, bahkan Al-Qur’an juga menyebutnya sebagai ” Masjid ”, dihancurkan dan dibakar atas perintah Rasulullah SAW, karena telah dijadikan sebagai tempat kemunkaran.

Dari peristiwa tersebut di atas kita bisa mengambil dua pelajaran penting yang terkait dengan masalah penghancuran Tempat Ma’siat :

1. Tempat ma’siat sebagai tempat terjadinya kemunkaran layak untuk dihancurkan dan dibakar, apa pun nama yang diberikan untuk tempat kemunkaran tersebut, baik nama yang indah berkonotasi kebajikan, apa lagi nama yang terang-terangan berkonotasi kema’siatan

2. Bila tempat yang bernama ”Masjid” saja boleh dihancurkan dan dibakar saat terbukti dijadikan sarang kemunkaran. Bagaimana dengan ”Markas Pembodohan”, ”Pusat Pemurtadan”, ”Praktek Perdukunan”, ”Pabrik Miras”, ”Lokasi Pelacuran”, ”Media Porno”, ”Sarang Judi”, ”Industri Ecstasy”, dan berbagai tempat lainnya yang terbukti menjadi tempat transaksi kemunkaran ??!!

Sedang hujjah nabawiyyah, simaklah tentang himmah Rasulullah SAW yang begitu kuat untuk membakar rumah kaum munafiqin yang tidak mau shalat berjama’ah bersama beliau dan Shahabat lainnya di Masjid Madinah. Dalam kitab Al-Lu’lu’ wal Marjân, sebuah kitab himpunan hadits-hadits muttafaqun ‘alaih, pada kitab Al-Masâjid, Bab 47 Hadits ke- 382, Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

" وَالَّذِى نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبُ , ثُمَّ آمُرُ بِالصَّلاَةِ فَيُؤَذَّنُ لَهَا , ثُمَّ آمُرُ رَجُلاً فَيَؤُمُّ النَّاسَ , ثُمَّ أُخَالِفُ إِلىَ رِجَالٍ فَأَحْرِقُ عَلَيْهِمْ بُيُوْتَهُمْ "
Artinya : ” Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, Sungguh aku ingin memerintahkan pengumpulan kayu bakar kemudian dikumpulkan kayu tersebut. Setelah itu aku perintahkan untuk dilaksanakan panggilan shalat. Kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami orang-orang yang shalat ( berjama’ah di masjid ). Sedangkan aku akan mendatangi orang-orang ( yang tidak shalat berjama’ah ), maka aku akan membakar rumah mereka ”.

Sekali pun hujjah ini hanya merupakan sunnah hammiyyah, yang baru berupa keinginan dan belum terwujud dalam bentuk tindakan, namun setidaknya menjadi petunjuk akan ketegasan sikap Nabi SAW.

Dan simak pula apa yang diriwayatkan Al-Imâm At-Tirmidzi dalam Jâmi’ nya, kitab Al-Buyû’, Hadits ke - 1214, yang bersumber dari Abu Tholhah ra, saat mana beliau memberitahukan Rasulullah SAW bahwa dirinya sebelum masuk Islam melakukan jual beli khomer untuk menghidupi anak-anak yatim di rumahnya, dan saat beliau masuk Islam masih banyak menyimpan khomer, maka beliau meminta izin Nabi SAW untuk membuat cuka dari khomer yang masih ada, lalu Rasulullah SAW menolak permintaannya dan bersabda kepadanya :

" أهْرِقِ الخَمْرَ وَاكْسِرِ الدَّنَانَ "
Artinya : ” Tumpahkan Khomernya dan pecahkan Tongnya ”.

Kisah ini diceritakan pula oleh Al-Imâm Abu Bakar ibnu Muhammad Al-Husaini dalam kitabnya, Kifâyatul Akhyâr, Juz I halaman 73.

Jangan lupa, simak pula tentang peristiwa penghancuran berhala paska Fathu Makkah. DR. Muhammad Al-Habsy dalam kitab Sîroh Rosûlillah SAW, halaman 264, menyebutkan bahwa Rasulullah SAW menghancurkan 360 berhala di sekitar Ka’bah dengan tangannya sendiri, dan beliau hancurkan pula berhala ” Hubal ” yang ada di dalam Ka’bah.

Kemudian beliau SAW mengutus Khâlid ibnu Al-Walîd untuk menghancurkan berhala ” Al-‘Uzza ”, dan mengirim ‘Amru ibnu Al-‘Âsh untuk menghancurkan berhala ” Suwwâ’ ”, serta menugaskan Sa’ad ibnu Zaid Al-Asyhali untuk menghancurkan berhala ” Munât ”.

Bahkan penghancuran berhala merupakan perjuangan para Nabi. Lihatlah, bagaimana Ibrahim as dengan gagah berani menghancurkan ratusan berhala yang disembah kaumnya.

Sungguh pun demikian rupa yang dilakukan para Nabi, namun Allah SWT tidak pernah mengecamnya, apalagi menyebut mereka ”Radikal” atau menyatakan tindakan mereka ”Anarkis”. Bahkan membenarkan dan memujinya.

Semua ini menjadi hujjah bagi aksi penghancuran sarana ma’siat dan kemunkaran, manakala aksi tersebut menjadi pilihan akhir yang tak bisa tidak harus dilaksanakan.

2. Bisa jadi kasus Masjid Adh-Dhirâr, himmah Rasulullah SAW untuk membakar rumah mereka yang tidak mendirikan shalat, peristiwa penghancuran berhala, dan berbagai peperangan yang terjadi di zaman Nabi SAW, sifatnya khusus dan spesial, sehingga tidak bisa dijadikan hujjah untuk yang lainnya ?

Kaidah menyatakan :

" العِبْرَةُ بِعُمُوْمِ الَّلفْظِ لاَ بِخُصُوْصِ السَّبَبِ "
Artinya : ” Pengambilan dalil / hukum dengan keumuman lafazh bukan dengan kekhususan sebab ”.
DR. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya, Ushûl Al-Fiqhi Al-Islâmi, Juz I Hal. 273, dengan menukil dari kitab Al-Mustashfa, Irsyâdul Fuhûl dan Hâsyiah Al-Bannâni, menerangkan tentang maksud kaidah tersebut di atas sebagai berikut :
" قَالَ أَكْثَرُ الأُصُوْلِيِّيْنَ : “ العَامُّ الوَارِدُ عَلىَ سَبَبٍ خَاصٍّ فِى سُؤَالِ سَائِلٍ أَوْ وُقُوْعِ حَادِثَةٍ أَوْ غَيْرِهِمَا يَبْقَى عَلىَ عُمُوْمِهِ , نَظْرًا لِظَاهِرِ اللَّفْظِ , وَلاَ يَتَخَصَّصُ بِالسَّبَبِ ". وَهَذَا هُوَ المُرَادُ بِقَوْلِهِمْ : " العِبْرَةُ بِعُمُوْمِ اللَّفْظِ لاَ بِخُصُوْصِ السَّبَبِ" . وَالدَّلِيْلُ عَلىَ بَقَاءِ العُمُوْمِ أَنَّ الحُجَّةَ فىِ لَفْظِ الشَّارِعِ , لاَ فىِ السُّؤَالِ وَالسَّبَبِ"
Artinya : ” Mayoritas Ahli Ushul Fiqih mengatakan : ” Dalil umum yang datang dengan sebab khusus berupa soal penanya atau terjadinya peristiwa atau selainnya maka tetap berlaku keumumannya, melihat zhâhir lafazh, dan tidak terpaku dengan sebab ”. Inilah maksud ucapan mereka : ” Pengambilan dalil / hukum dengan keumuman lafazh bukan dengan kekhususan sebab ”. Dan dalil pada penetapan umum, bahwasanya hujjah berada dalam lafazh Pembuat Syari’at bukan dalam soal dan sebab ”.
Kaidah lain menyatakan :
" الرَّاجِحُ التَّعْمِيْمُ حَتَّى يَقُوْمَ دَلِيْلُ التَّخْصِيْصِ "
Artinya : ” Yang kuat adalah hukum umum hingga ada dalil yang mengkhususkannya ”
Nah, melihat dari substansi semua kejadian tersebut di atas terfokus kepada sikap tegas terhadap kemunkaran, dan ini bersifat umum, karena tidak ada keterangan dalil yang menyatakan bahwa itu hanya khusus untuk objek tersebut dan terbatas pada waktu itu saja. Keumuman dalil mencakup kejadian apa pun dan di mana pun serta kapan pun, yang memiliki substansi sama. Sifat umum ini akan tetap berlaku selama tidak ada dalil lain yang mengkhususkannya.

3. Bagaimana kedudukan hukum amar ma’ruf nahi munkar ? Dan apa pula hukum menghancurkan atau membakar Tempat Ma’siat ?

Amar ma’ruf nahi munkar hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya bila sebagian umat sudah menegakkannya dengan jumlah dan kekuatan yang cukup memadai untuk mengatasi kemunkaran yang ada, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya.

Namun jika jumlah dan kekuatan para penegak amar ma’ruf nahi munkar tidak memadai, maka kewajiban belum gugur dari yang lainnya. Bahkan jika itu menyebabkan kemunkaran tak dapat dilenyapkan, maka berdosalah mereka yang tidak ikut menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Bahkan sebagian Ulama menyatakan bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah fardhu ‘ain, artinya wajib atas tiap-tiap individu muslim sesuai dengan kemampuannya. Hal ini dibahas dengan panjang lebar oleh Asy-Syeikh Asy-Syahid ‘Abdul Qâdir ‘Audah rhm dalam kitabnya At-Tasyri Al-Jinâ-i Al-Islâmi, Juz I Bab 3 Pasal 2, halaman 489 – 513.

Al-Imâm As-Sayyid Abdurrahmân ibnu Muhammad Al-Masyhûr Ba ‘Alawi Al-Husaini rhm, Mufti Hadhramaut, dalam kitabnya, Bughyatul Mustarsyidîn, hal. 251, menyebutkan bahwa Ulama berbeda pendapat tentang hukum meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar : Al-Imâm Ahmad rhm menghukumkan kufur, sedang para Imam dalam madzhab Asy-Syâfi’i rhm menghukumkan dosa besar. Selanjutnya beliau rhm menyatakan :

" الأَمْرُ بِالمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيُ عَنِ المُنْكَرِ قُطْبُ الدِّيْنِ , فَمَنْ قَامَ بِهِ مِنْ أَيِّ المُسْلِمِيْنَ وَجَبَ عَلَى غَيْرِهِ إِعَانَتُهُ وَ نُصْرَتُهُ , وَلاَ يَجُوْزُ لأَحَدٍ التَّقَاعُدُ عَنْ ذَلِكَ وَالتَّغَافَُلُ عَنْهُ وَإِنْ عَلِمَ أَنَّهُ لاَ يُفِيْدُ "
Artinya : ” Amar ma’ruf nahi munkar itu adalah poros kutub agama, barangsiapa yang menegakkannya dari muslim mana saja, maka wajib atas yang lainnya untuk menolong dan membela mereka. Tidak boleh ( haram ) bagi siapa pun untuk duduk berdiam diri dan pura-pura lupa dari mereka yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, sekali pun ia tahu / yakin bahwa gerakan mereka itu tidak akan berhasil ”.
Ada pun penghancuran atau pembakaran Tempat Ma’siat menyangkut salah satu tekhnis dalam ber-amar ma’ruf nahi munkar, yang kedudukan hukumnya kembali kepada hukum fiqih yang lima, yaitu : wâjib, mandûb, mubâh, makrûh dan harâm.

Al-Imâm Syarfuddîn Yahyâ ibnu Badriddïn Mûsâ Al-‘Imrîthî rhm dalam nazhomnya, Al-Waraqât, menyatakan :

" وَ الحُكْمُ وَاجِبٌ وَ مَنْدُوْبٌ وَمَا أُبِيْحَ وَالمَكْرُوْهُ مَعَ مَا حُرِمَا "
Artinya : ” Dan hukum adalah Wajib dan Mandub, Mubah dan Makruh beserta Haram ”
Penentuan hukum itu sendiri sangat bergantung kepada tingkat manfaat dan mudharat yang ditimbulkan, dengan tidak terlepas dari pengaruh situasi dan kondisi yang ada.

Menyangkut hukum penghancuran / pembakaran tempat ma’siat, maka sebagai gambaran kemungkinan hukum yang muncul, yaitu :

1. Wajib jika kemunkarannya tidak bisa dihilangkan kecuali dengan dihancurkan / dibakar, sedang mudharat penghancuran / pembakaran hampir tidak ada sama sekali.

2. Mandub jika manfaat penghancuran / pembakaran jauh lebih besar dari pada mudharatnya, dan kemudharatan tersebut mudah dihindarkan.

3. Mubah jika manfaat penghancuran / pembakaran jauh lebih besar dari pada mudharatnya, dan kemudharatan tersebut sulit dihindarkan.

4. Makruh jika manfaat dan mudharatnya seimbang.

5. Haram jika mengantarkan kepada mudharat yang lebih besar.

Jadi untuk menentukan hukumnya harus dilakukan pengkajian yang mendalam dengan ijtihâd yang ekstra hati-hati, dan harus dilakukan oleh ahlinya.

4. Sungguh pun demikian, tetap saja aksi bakar membakar memberi ”kesan” yang tidak baik terhadap Islam ? Seharusnya dipikirkan cara lain tanpa harus ada aksi bakar membakar. Lagipula, sehebat apa pun perlawanan kita kepada kema’siatan, toh kema’siatan itu akan tetap ada hingga Hari Qiyamat, jadi kenapa harus repot-repot memerangi kema’siatan ?

Ya. Terlepas dari hukum fiqih yang lima, maka dengan pertimbangan fiqhud da’wah, aksi penghancuran dan pembakaran Tempat Ma’siat harus dihindarkan sebisa mungkin. Dan kita harus berusaha mencari alternatif lain, sekali pun membutuhkan lebih banyak pengorbanan waktu, tenaga dan fikiran. Karena memang pertimbangan ” kesan ” termasuk dari pertimbangan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam perjuangan da’wahnya.

DR. Muhammad Al-Habsy, dalam kitabnya, Sîroh Rosûlillâh SAW, halaman 180 – 182, menceritakan bahwa di tahun ke – 5 Hijriyyah, seusai Perang Banî Mushtholaq, rombongan Rasulullah SAW dan para Shahabatnya istirahat di sumber air Muroysi’. Dedengkot munâfiqîn yang kala itu ikut bersama rombongan, yaitu ‘Abdullah ibnu Ubay ibnu Salûl, melakukan provokasi jâhiliyyah untuk mengadu domba antara Muhajirîn dan Anshâr. Kemudian ‘Umar ibnu Al-Khaththâb ra menghadap Rasulullah SAW untuk meminta izin membunuh sang Munâfiq, beliau SAW pun menjawab :

" فَكَيْفَ يَا عُمَرُ , إذَا تَحَدَّثَ النَّاسُ أَنَّ مُحَمَّدًا يَقْتُلُ أَصْحَابَهُ ؟ لاَ ! "
Artinya : ” Bagaimana hai ‘Umar, jika orang-orang mengatakan bahwa Muhammad membunuh para shahabatnya sendiri ? Tidak ! ”
As-Syeikh Fuâd ‘Abdul Bâqi menukilkan haditsnya secara lengkap dalam kitab yang menghimpun hadits-hadits muttafaqun ‘alaih, Al-Lu’lu’ wal Marjân, Juz III hal.194 hadits ke – 1.669, yang lengkapnya sebagai berikut :
" عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : " كُنَّا فِى غَزَاةٍ , فَكَسَعَ رَجُلٌ مِنَ المُهًاجِرِيْنَ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ , فَقَالَ الأَنْصَارِيُّ : " يَا لَلأَنْصَار ! " , وَقَالَ المُهَاجِرِيُّ : " يَا لَلْمُهَاجِرِيْنَ ! " , فَسَمِعَ ذَاكَ رَسُوْلُ الله صَلىَّ الله عليهِ وَآلِهِ وَسَـلَّم فَقَالَ : " مَا بَالُ دَعْوَى جَاهِلِيَّة ؟ " , قَالُوا : " يَا رَسُوْلَ الله ! كَسَعَ رَجُلٌ مِنَ المُهَاجِرِيْنَ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَاِر " , فَقَالَ : " دَعُوْهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَة ! ". فَسَمِعَ بِذَلِكَ عَبْدُ الله بنُ أُبَيْ فقَاَلَ : " فَعَلُوْهَا ؟ أَمَّا وَاللهِ , لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى المَدِيْنَةِ لَيُخْرِجُنَّ الأعزُّ مِنْهَا الأذَلَّ " , فَبلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَآلِهِ ِوَسَلَّمَ , فقَاَمَ عُمَرُ فَقَالَ : " يَا رَسُولَ الله ! دَعْنِي أَضْرِبُ عُنُقَ هَذَا المُنَافِقِ " , فَقَالَ الَّنبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَليَْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : " دَعْهُ ! لاَ يَتَحَدَّثُ النَّاسُ أَن َّمُحَمَّدًا يَقْتُلُ أَصْحَابَهُ "
Artinya : ”Dari Jâbir ibnu ‘Abdullah ra berkata : ” Saat kami dalam suatu perjalanan perang, ada terjadi seorang Muhâjir mendorong dengan keras seorang Anshâr, maka berteriaklah si Anshâr : ” Hai kaum Anshâr ( bangkitlah ) ! Si Muhâjir pun berseru : ” Hai kaum Muhâjirîn (bangkitlah) ! Rasulullah SAW mendengar semua teriakan itu, beliau pun bertanya : ” Ada apa dengan seruan jâhilyyah ini ? Para Shahabat menjawab : ” Wahai Rasulullah, seorang Muhâjir telah mendorong seorang Anshâr ”. Beliau pun bersabda : ” Tinggalkan semua itu, sesungguhnya itu perbuatan busuk ”. Kejadian tersebut terdengar oleh ‘Abdullah ibnu Ubay, ia pun berkata : ” Mereka (Muhâjirin) melakukan itu ? Maka demi Allah, apabila kita sampai di Madinah, niscaya golongan mulia (Anshâr) akan mengusir golongan hina (Muhâjirin) dari Madinah ”. ‘Umar ra berdiri menghadap Rasulullah SAW sambil berkata : ” Wahai Rasulullah, biarkan aku menebas batang leher orang munâfiq ini ”. Nabi SAW bersabda : ”Biarkan dia ! jangan sampai nanti orang mengatakan bahwa Muhammad membunuh shahabatnya sendiri ”.
Sekali pun ‘Abdullah ibnu Ubay seorang munâfiq, bahkan provokator pemecah belah umat yang layak dibunuh, namun di mata orang-orang kafir kala itu ia bagian dari kaum muslimin yang menjadi shahabat Nabi SAW, sehingga membunuhnya hanya akan melahirkan ” kesan ” bahwa Rasulullah SAW membunuh shahabatnya sendiri.

Suatu fiqhud da’wah yang luar biasa dengan tidak mengenyampingkan pertimbangan kesan dalam mengambil sikap dan keputusan.

Ada pun mengenai keberadaan kema’siatan hingga Hari Akhir tidak menjadi alasan untuk meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar. Justru seharusnya menjadi motivator yang lebih mendorong peningkatan aksi melawan kemunkaran, karena mengingat kekuatan Iblis dan keturunannya yang besar serta keuletan menggoda yang tak mengenal putus asa.

Selama Iblis dan keturunannya ada maka selama itu pula mereka akan senantiasa berupaya menyesatkan umat manusia di dunia dengan berbagai kema’siatan. Dalam Al-Qur’an surat Al-A’râf, Al-Hijr, Al-Isrâ’ dan Shâd diceritakan bahwasanya Iblis semenjak dila’nat oleh Allah SWT karena kesombongannya menolak perintah-Nya untuk sujud kepada Adam as, Iblis meminta kepada Allah SWT agar ia dan keturunannya tidak dimatikan hingga Hari Qiamat supaya punya kesempatan menggoda Adam dan anak cucunya. Dan Iblis pun bersumpah sebagaimana Allah SWT ceritakan dalam Q.S.38. Shâd ayat 82 – 83 :

" قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِيْنَ .إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ "
Artinya : ”( Iblis ) berkata : ” Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlish di antara mereka ”.
Namun, walau permintaan Iblis untuk hidup hingga Qiamat diperkenankan, dan ia bersumpah untuk selalu berupaya menyesatkan manusia, yang oleh karenanya kema’siatan dan kemunkaran akan selalu ada di atas muka bumi ini. Pada kenyataannya, Allah SWT tetap mengutus para Nabi dan Rasul untuk berda’wah menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, dan mewajibkan hamba-hamba-Nya untuk mencegah dan melarang segala bentuk kema’siatan dan kemunkaran.

Jadi jelas, inti nahi munkar adalah mencegah dan melarang kemunkaran di atas muka bumi, bukan menafi keberadaannya. Meniadakan ma’siat di dunia secara keseluruhan adalah sesuatu yang mustahil bagi manusia.

Penjagaan Dan Kasih Sayang ALLAH SWT Kepada Rasul SAW

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ، وَلَنْ يُضَيِّعَنِي اللَّهُ أَبَدًا

صحيح البخاري

Sabda Rasulullah saw :
“Sungguh Aku Rasulullah (utusan Allah), dan tidak akan Allah membiarkanku dan kengecewakanku selama lamanya(abadi penjagaan dan perhatian kasih sayang Allah swt padaku selamanya) ” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..

Di bulan mulia Dzulqaidah ini yang mana Allah telah menjadikan bulan ini termasuk “ Asyhur Al Hurum” ( bulan-bulan mulia), yaitu Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab, empat bulan mulia di dalam setiap tahunnya. Dimana Sang Nabi SAW sangat banyak beribadah di bulan-bulan itu. Diriwayatkan oleh Hujjatul Islam Wabarakatul Anam Al Imam An Nawawy Ar (alaihi Rahmatullah : semoga baginya Rahmat Allah swt), di dalam kitab Syarah An Nawawiy ‘alaa Shahih Muslim teriwayatkan dalam beberapa hadits shahih bahwa Rasul SAW memperbanyak ibadah di bulan Muharram, memperbanyak ibadah apapun termasuk puasa dan lainnya. Oleh sebab itulah sampainya kita di bulan-bulan mulia ini ( Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, Rajab) empat bulan yang disebut Asyhur Al Hurum yaitu bulan –bulan mulia, yang Allah SWT memuliakan hamba-hambaNya yang memperbanyak ibadah di bulan-bulan tersebut. Semoga Allah SWT memastikan kemuliaan padaku dan kalian di dalam keberkahan Zulqa’dah dan Zulhijjah di dalam cahaya Hajj dan umrah, Ya Rahman Ya Rahim.

Hadirin hadirat, maka sedemikian banyak saudara-saudara kita kaum muslimin muslimat yang diundang oleh Allah SWT menuju Baitul Haram, ke dalam kemuliaan ‘Arafah, ke dalam jamuan Haramain Makkah dan Madinah, di dalam medan Shafa dan Marwah, di dalam medan thawaf dan Mina di dalam langkah-langkah keluhuran, di dalam undangan kesucian, diantara mereka mendapatkan undangan jasadnya namun jiwanya tidak terundangkan dan tidak terikutkan untuk berangkat, jasadnya berangkat tapi ruhnya di dalam kehinaan dan keduniawian (misalnya yg niat hajinya hanya untuk gengsi dll, bukan karena Allah swt atau menunaikan rukun islam). Namun diantara mereka ada yang jasadnya tidak berangkat, tapi ruhnya berangkat menuju medan haji dan umrah, jiwanya bersama mereka yang di ‘Arafah , jiwanya bersama mereka yang di Haramain Makkah dan Madinah, jiwanya bersama mereka yang dalam ziarah ke Qabr As Syariif , jiwanya bersama mereka yang thawaf dan sa’i walaupun mereka hidup (tidak berangkat) di negerinya masing- masing.

Semoga aku dan kalian bersama mereka yang ruhnya selalu di dalam undangan keluhuran Ilahi. Inilah Di’aayaat Rahmaaniyyah, undangan-undangan kasih sayang Allah swt setiap waktu dan kejap sepanjang kehidupan kita.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..

Seruan kelembutan Ilahi tiada pernah terhenti sepanjang waktu dan saat, mengundang kita menuju keluhuran, maka naiklah (wahai hadirin hadirat) kepada keluhuran, maka teruslah menuju kesucian. Jadikan hari-hari Zulqa’dah dan Zulhijjah mulia ini, hari kita termuliakan pula dengan mereka yang termuliakan dalam kemuliaan hajj dan umrah . Jadikanlah jiwa kita turut dalam kemuliaan haji dan umrah, inilah saat-saat kita bertobat . Kalau bukan di waktu-waktu mulia seperti ini, kita masih menunda daripada lamaran Ilahi , maka sampai kapan kita akan terus menunda undangan cinta Rabbul ‘alamin SWT.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..

Bulan Zulqa’dah mengingatkan pula kepada kita Perjanjian Hudaibiyah, yaitu pada tahun ke-6 Hijriyah dimana Rasul SAW keluar dengan 1500 muslimin untuk menunaikan Umrah ke Makkah Al Mukarramah, dan tertahan di Dzil Hulaifah dan di saat itulah Rasul saw di tahan oleh kuffar qurays dan tidak diperbolehkan masuk ke Makkah Al Mukarramah . Maka Rasul saw diminta untuk membuat perjanjian oleh kuffar qurays dan Rasul setuju. Apa yang dituliskan? Sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari ; bahwa Rasulullah di dalam surat perjanjian itu menuliskan “ Muhammad Rasulullah”, maka mereka ( kuffar qurays ) berkata : “Jangan tulis “Rasulullah”, kami tidak mengakui bahwa kamu utusan Allah, tulis “Muhammad bin Abdillah”!!” . Maka Rasul SAW memerintahkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw untuk menghapus kalimat Rasulullah ( sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari), tapi Sayyidina Ali (menangis) bertahan jari-jarinya (terpaku gemetar) tidak mampu menghapus kalimat Rasulullah SAW, maka Rasul sendiri yang menghapus dengan tangannya saw, “Muhammad bin Abdillah”, ikuti apa yang mereka minta, kata Rasul SAW”. Maka perjanjian ditulis diantaranya adalah, kalau seandainya ada orang yang keluar dari Makkah untuk masuk Islam dari keluarga kuffar qurays maka harus dikembalikan kepada mereka, maka Rasul berkata ; “ setuju “, maka berkata Sayyidina Umar ibn Khatthab : “ Ya Rasulallah alasnaa ‘alal haqq, wa hum ‘alal baathil”? ( Wahai Rasulullah, bukankah kita dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan? ), maka Rasul menjawab : ” betul, kita dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan “. Maka berkata Sayyidina Umar : “ lantas kenapa kau masih membuat perjanjian, mereka mengatakan kalau ada orang masuk islam maka harus diserahkan kepada mereka lagi, entah dibantai atau dibunuh dan kau setuju?”, Rasul berkata :

ياَابْنَ الْخَطَّابْ : إِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ وَلَنْ يُضَيِّعَنِيَ اللهُ أَبَدًا...!

“ Wahai Umar Ibn Khattab : Aku utusan Allah, Allah tidak akan pernah mengecewakanku selama-lamanya..! ”

Hadits ini yang baru kita baca, maka Sayyidina Umar Ibn Khatthab terdiam. Kemudian ia datang kepada Sayyidina Abu Bakr As Shiddiq ra dan berkata : “ Ya Aba Bakr, alasnaa ‘alal haqq wa hum ‘alal baathil?” ( bukankah kita dalam kebenaran, dan mereka dalam kebathilan?), maka Sayyidina Abu Bakr menjawab : “ Betul, lalu Rasulullah berkata apa ? “, Sayyidina Umar berkata : “ Rasul SAW mengatakan :

إِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ وَلَنْ يُضَيِّعَنِيَ اللهُ أَبَدًا

“ Aku Utusan Allah, Allah tidak akan mengecewakanku selama-lamanya”

Maka Sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata :

إِذَنْ, لَنْ يُضَيِّعَهُ اللهُ أَبَدًا

“ Kalau begitu, Allah tidak akan mengecewakan beliau selama-lamanya “
Allah tidak membiarkannya, Allah pasti menolongnya dalam keadaan apapun.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..

Hujjatul Islam Wa Barakatul Anam, Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Baari Bisyarh Shahih Al Bukhari mensyarahkan makna hadits ini, mengapa Sayyidina Umar mengatakan hal itu kepada Rasul SAW? maksudnya menginginkan ta’kid, agar diperjelas apa makna perjanjian hudaibiyah itu? maka Rasul saw memanggil Sayyidina Umar dan membacakan surah Al Fath sampai akhir surah, yang mana ayat diantaranya adalah :

إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ( الفتح : 01

“Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah, Tangan Allah di atas tangan mereka” ( QS. Al Fath : 10 )

Mereka yang bersumpah setia kepada Nabi Muhammad dalam perjanjian Hudaibiyah, sungguh mereka telah bersumpah setia kepada Allah dan tangan pertolongan Allah di atas tangan mereka. Maka janji setia mereka kepada Rasul adalah janji setia Allah kepada mereka. Maka berkata Sayyidina Umar :

ياَرَسُولَ اللهِ هَلْ هُوَ اْلفَتْحُ ؟

“ Apakah ini janji kemenangan kita” ?,

Rasul saw menjawab : “Ya, ini janji kemenangan kita”. Maka kuffar Qurays tidak mengijinkan mereka ke Makkah, dan tidak lama kemudian Rasululullah kembali ke Madinah.

Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, di saat itu mereka dalam kehausan maka Rasul diberi air satu bejana kecil dan Rasul saw minum, dan orang-orang berdiri di hadapan Rasul mengerubuti, Rasul bertanya : Ada apa dengan kalian ?, para sahabat berkata : “Ya Rasulullah tidak ada air selain itu yang dihadapanmu kita semua kehabisan air”, 1500 orang. Maka Rasul saw memerintahkan mengambil bejana yang lebih besar kemudian beliau menaruhkan jari-jarinya di dalam bejana besar itu, maka mengalirlah air dari jari-jari Rasulullah SAW , para sahabat berkata : “ kita minum dan kita wudhu, kita minum dan kita wudhu jumlah kami 1500 orang, seandainya kami 100.000 orang pastilah air itu mencukupi kami “, karena air itu terus mengalir dari jari-jari Nabi Muhammad Rasulullah saw.

Mengapa beliau menolak masuk ke Makkah dan mengikuti perjanjian kuffar qurays? , padahal beliau bisa mempunyai mukjizat sekali mengangkat tangannya untuk memendam kuffar qurays, pastilah kuffar qurays akan terpendam di dalam bumi.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Namun beberapa waktu kemudian datanglah waktu fath Makkah dan terbukalah Makkah untuk selama-lamanya, dan tidak disentuh kuffar selama-lamanya dari kesabaran Sayyidina Muhammad SAW. Nabi Muhammad saw mundur di perjanjian Hudaibiyah membuat kembalinya kemenangan di Makkah sampai kiamat tidak pernah ada dari kuffar qurays yang menaruh satupun berhala di Ka’bah, demikian kemenangan abadi Sayyidina Muhammad saw.

Apa makna sabda Rasulullah “ Aku utusan Allah, Allah tidak akan pernah mengecewakanku selama-lamanya “, makna dari kata selama-lamanya secara ringkas adalah walaupun beliau telah wafat , maka para pecinta dan pembela beliau tidak akan disia-siakan oleh Allah SWT selama-lamanya hingga hari kiamat. Maka seluruh pecinta Rasulullah, dan pembela Rasulullah tetap dalam kemuliaan “ Lan Yudhayyi’ani Allahu abadaa” ( Allah tidak akan mengecewakanku selama-lamanya ). Berkata Urwah ra di dalam Shahih Al Bukhari : “Aku melihat pengagungan rakyat terhadap kaisar Persia, aku melihat pengagunagn rakyat terhadap kaisar romawi , aku melihat pengagungan rakyat terhadap kaisar najasyi dan lain sebagainya, tapi tidak pernah kulihat pengagungan seperti pengagungan sahabat-sahabat Nabi Muhammad kepada Nabi Muhammad saw. Dan tiadalah beliau saw berwudhu’ kecuali para sahabat berebutan mengambil air bekas wudhu’ beliau dan mengusapkan di wajah mereka, dan tiadalah beliau saw mengeluarkan air ludahnya kecuali telah dipegang oleh tangan sahabat dan diusapkan ke wajahnya”, demikian riwayat Shahih Al Bukhari.

Al Imam Qadhi ‘Iyadh di dalam kitabnya As Syifaa’ mensyarahkan ketika cucu beliau saw Sayyidina Hasan ra & Husain ra (ra Radhiyallahu ‘anhu : Allah telah meridhoi mereka, gelar untuk para shabat nabi saw dan keluarga beliau saw yg hidup dizaman nabi saw dalam keadaan muslim) dalam keadaan sangat kehausan dan Rasul hanya punya air zamzam sedikit, maka Rasul saw memasukkan air itu ke mulutnya dan berkumur kemudian mengeluarkannya kembali, berkatalah Sayyidina Anas bin Malik : “ ketika air zamzam sudah dikumurkan di mulut beliau lalu dikeluarkan, maka wanginya lebih wangi dari misk dan rasanya lebih manis dari madu karena telah bersatu dengan air liur Sayyidina Muhammad saw”. Beliau adalah Ahsana Annaasi Khalqan wa Khuluqaa ( Paling indahnya manusia, budi pekerti dan parasnya ). Berkata Sayyidina Anas bin Malik:

مَاوَجَدْنَا رِيْحًا أَطْيَبُ مِنْ عِرْقِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“ Tidak pernah kami menemukan satu wewangian yang lebih wangi dari keringat Rasulullah SAW “

Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW telah wafat maka air yang digunakan untuk memandikan jenazah beliau, air itu menjadi wangi, maka menangislah Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw ketika memandikan jenazah sang Nabi seraya berkata :

طِبْتَ حَيًّا وَمَيِّتًا يَا رَسُوْلَ اللهِ

“ Engkau wangi dimasa hidup dan ketika wafat , wahai Rasulullah “

(ucapan itu diucapkan pula oleh Abubakar shiddiq ra dalam riwayat shahih Bukhari ketika beliau ra mencium jenazah Nabi saw) Inilah idolaku dan idola kalian Sayyidina Muhammad saw. Hadirin hadirat, diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, setelah wafatnya Rasulullah saw ketika seorang sahabat mengeluarkan sehelai rambut berwarna kemerah-merahan dan ditanya “ rambut siapa kemerah-merahan ini “?, maka sahabat itu menjawab : “ ini sehelai rambut Rasulullah saw “, kemudian sahabat lain berkata : “ kalau aku punya selembar saja rambut Rasulullah SAW ,maka itu lebih kusenangi dari semua harta, dunia dan seisinya “. Selembar rambut Nabi Muhammad saw lebih dicintai dari dunia dan seisinya, karena apa? Karena cinta beliau saw kepada ummatnya membuat ummatnya sangat mencintai beliau, dan cinta kepada beliau adalah kesempurnaan iman, sebagaimana sabda beliau saw :

لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالَدِهِ وَوَلِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

” Tiada sempurna iman kalian, sebelum aku (Rasulullah saw) lebih ia cintai dari anak2nya dan ayah ibunya dan seluruh manusia” (shahih Bukhari)

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Inilah malam-malam yang agung, hari-hari yang luhur untuk memperbanyak ibadah kita dan menjauhi segala kemunkaran, maka berusahalah.

Ini akhir penyampaian saya, karena kondisi saya sedang kurang fit dan juga ada tamu-tamu kita yang mereka juga dalam keadaan lelah.

Guru mulia kita Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh di dalam kitabnya Taujiihunnabiih Limardhaati Baariih, meriwayatkan salah satu atsaar yang mana Allah swt berfirman :

ياَدَاوُد لَوْ يَعْلَمُ الْمُدْبِرُوْنَ عَنِّيْ شَوْقِي لِعَوْدَتِهِمْ، وَمحبتي فِيْ تَوْبَتِهِمْ، ورغبتي في إنابتهم، لَطاَرُوْا شَوْقًا إِلَيَّ، يَادَاوُد هَذِهِ رَغْبَتِيْ فِى الْمُدْبِرِيْنَ عَنِّي، فَكَيْفَ تَكُوْنُ مَحَبَّتِيْ فِى الْمُقْبِلِيْنَ عَلَيَّ...؟،

“Wahai Daud : Sendainya orang-orang yg berpaling dari-Ku mengetahui kerinduan-Ku atas kembalinya mereka, dan cinta-Ku akan taubatnya mereka, dan besarnya sambutanku atas kembalinya mereka pada keridhoan Ku, niscaya mereka akan terbang karena rindunya mereka kepada-Ku. Wahai Daud, demikianlah cinta-Ku kepada orang-orang yg berpaling dari Ku (jika mereka ingin kembali), maka bagaimanakah cinta-Ku kepada orang-orang yg datang (mencintai dan menjawab cinta Allah ) kepada-Ku?”

Kalau para pendosa yang selalu menghindar dan berpaling dari Allah itu mengetahui rindu Allah terhadap kembalinya mereka kepadaNya, dan cinta Allah akan taubat mereka jika mereka mau bertobat, serta besarnya semangat sambutan Allah jika mereka mau kembali kepada Allah, mereka akan terbang dari rindunya kepada Allah, karena mereka tidak tahan menahan rindu, betapa indahnya cinta Allah untuk mereka yang berpaling dari Allah. Maka Allah meneruskan firmanNya :

يَادَاوُد هَذِهِ رَغْبَتِيْ فِى الْمُدْبِرِيْنَ عَنِّي فَكَيْفَ مَحَبَّتِيْ فِى الْمُقْبِلِيْنَ عَلَيَّ

Wahai Daud, inilah semangat dan keinginan kasih sayangKu kepada mereka pendosa, mereka yang selalu berpaling dariKu agar mereka kembali kepadaKu, maka bagaimana cintaKu kepada mereka yang selalu datang dan mendekat kepadaKu? Renungi kalimat terakhir ini, renungkan kalimat agung ini.

Hadirin hadirat, kita berdoa kepada Allah yang maha memuliakan hamba yang ingin dekat padaNya. Wahai yang memuliakan dan mencintai dan meminta para pendosa untuk kembali kepada taubat, kami kembali kepada keindahan dan kelembutanMu Rabbi. Panggillah nama yang maha indah, jawablah cinta dan rinduNya, jelanglah kebahagiaan dunia dan akhirah.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا...

Katakanlah bersama-sama…

يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ...يَا اللهُ يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيْمُ...لاَإلهَ إِلاَّ الله... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأَمِنِيْنَ.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..

Yang perlu saya sampaikan pada malam hari ini adalah berkaitan datangnya instruksi dari guru mulia kita Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, untuk memperluas dakwah di wilayah luar Jakarta, maka saya menghimbau para jamaah yang berkenan untuk mengambil acara Majelis Rasulullah pada bulan Januari dan selanjutnya, agar mempertimbangkannya karena jadwal kita akan mulai banyak di luar kota, mulai Januari 2010. Saya lihat di bulan November dan Desember ini masih ada beberapa hari yang kosong, jadi kalau ada yang ingin mengambil jadwal di bulan Januari maka pertimbangkan resiko barangkali kita di luar kota. Karena mulai bulan ini kita terus memperbanyak jadwal di luar kota, sebagaimana suksesnya tabligh akbar di Cimahi seminggu yang lalu, dan minggu yang akan datang tabligh akbar di Palembang dan esoknya tabligh akbar dan zikir jalalah se Jabodetabek di Masjid Raya Bogor tanggal 25 November 2009 di jalan Padjajaran, kemudian akan menyusul pula majelis di Denpasar dan majelis berkala Tabligh Akbar di Bandung serta majelis-majelis lainnya di luar kota. Dan bulan Januari dan seterusnya mungkin akan semakin padat majelis-majelis di luar kota. Oleh karena itu saya menghimbau para jamaah yang ingin mengambil jadwal untuk mengambil di bulan-bulan terdekat ini, karena dikhawatirkan jadwal majelis akan lebih padat di luar kota, karena solusi guru mulia kita untuk memperluas dakwah ke wilayah luar. Dan bulan Desember juga tabligh akbar di Masjid Agung Walikota Bekasi . Dan juga jadwal tabligh akbar di kota lainnya akan terus diperluas ke wilayah luar Jabodetabek, demikian yang bisa saya sampaikan. Dan kita doakan Al ‘Arif billah Munsib kita yang kita muliakan Al Habib Muhsin Hamid bin Ahmad Al Haddad semoga dilimpahi rahmat dan keberkahan oleh Allah SWT, dan Allah SWT panjangkan umur beliau dalam keberkahan dan rahmah, dan juga Al Habib Isa Al Kaff serta tamu-tamu lainnya Al Habib Abdul Qadir Al Junaid, Al Habib Muhammad Al Junaid semoga selalu dalam rahmat dan keberkahan.

Dan malam hari ini kita mohon ijazah dari Al Habib Muhsin Hamid bin Ahmad Al Haddad Munsib Al Imam Hujjatul Islam Wabarakatul Anam Al Imam Haddad untuk memberikan kita ijazah apa saja yang akan beliau ijazahkan yang sanadnya bersambung kepada Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad,

Ucapan Al Habib Muhsin Hamid bin Ahmad Al Haddad :

بسم الله الرحمن الرحيم والصلاة والسلام على سيدناونبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين, بداية ألقي إليكم تحيات إخوانكم وأهلكم بمدينة تريم من علماء وأهلها وسكانها جميعا وخاصة منسب الإمام عبد الله بن علوي الحداد الحبيب حسن بن عمر بن عبد الله الحداد .

“Beliau menyampaikan salam rindu dari saudara-saudara kita dan para Ulama di Tarim , khususnya Munsib Al Imam Abdallah ‘Alawy Al Haddad Al Habib Hasan bin Umar bin Abdullah Al Haddad”.

وتلبية لطلبكم سأعطي إليكم الإجازة : أجيزكم بما أجاز بهم شيوخنا براتب الإمام عبدالله بن علوي الحداد وكذلك أوراده وكتبه وشعره وذلك فيما يتعلق باستخدامها للتبرك بها والتداوي بها النفسية والمعنوية وبكل نية صالحة أجيزكم إجازة شاملة كاملة .

“Aku ijazahkan kepada kalian ijazah Ratib Al Haddad dan semua doa dan wirid Al Imam Haddad, serta semua buku beliau dan semua ajaran-ajaran yang di ajarkan oleh beliau, dengan niat yang ikhlas ku ijazahkan semua itu kepada kalian”

Maka ucapakan Qabilnaa Al Ijaazah ( kami terima ijazahnya ). Apa itu Ijazah? Ijazah itu adalah izin dan persambungan ruhiyyah dengan Shahib Ar Ratib, kalau kita mendapatkan ijazah itu maka kita menyambungkan ruh kita, sanad keguruan kita, rantai keguruan kita kepada Shahib Ar Ratib Al Haddad yang mana Hujjatul Islam Al Imam Haddad itu serantai perguruannya, bersambung dari guru ke guru sampai kepada Rasulullah SAW . Demikian kita telah terima ijazah mulia ini, dan insyaallah menjadi rantai yang mengikat kita dalam keluhuran dunia dan akhirah, semoga terangkat segala musibah dan kesulitan kita, amiin allahumma amiin.

Jazakumullah Khair khairaljazaa’ fadhilah As Sayyid Al Walid Al Habib Muhsin Al Haddad atas ijazah yang telah diberikan, dan kami meminta untuk doa penutup setelah qasidah Muhammadun , Tafaddhal.